Para Ulama Ahlu Sunnah banyak yang meriwayatkan bahwa Rasulullah saaw telah mengabarkan bahwa Imam ALi bin Abi Thalib kw akan berperang melawan al-Nakitsin dalam perang Jamal, Al-Qasithin dalam Perang menghadapi Muawiyyah dan Ibn Al-‘ash, dan al Mariqin (kaum Khawari)
Pujian Allah dan Rasulullah saaw kepada Syiah #006
Al Hakim ‘Ubaidullah al-Haskani, seorang Mufasir ahlu sunnah meriwayatkan dalam kitabnya, Syawahid al-Tanzil dari al-Hakim Abu ‘Abdullah al-Hafizh dengan sanad marfu’ kepada Yazid bin Syarahil al-Anshari, ia berkata:
“Saya mendengar Ali bin Abi Thalib berkata, ‘Rasulullah saaw sambil menyadarkan kepalanya ke dadaku beliau saaw bersabda ” “Wahai Ali, tidakkah engkau pernah mendengar firman Allah : ‘Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk’ (QS Al-Bayyinah [98]: 7) ? Mereka adalah engkau dan syiahmu, dan tempat pertemuanku dan kamu yang telah dijanjikan adalah a-Hawdh, ketika umat-umat lain ketakutan saat hendak di hisab, kalian dipanggil karena tanda putih di dahi (ghurran muhajjalin)”
Ulama besar Ahlu Sunnah Allamah Muhammad bin Yusuf al Qurasyi al-Kanji al-Syafi’i meriwayatkan pula dalam kitabnya Kifayah al Thalib, bab 62 dari Yazid bin Syarahil al-Hafizh Muwaffiq bin Ahmad al-Makki al-Khawarizmi yang menyebutkannya dalam Kitab Manaqib ‘Ali as”.
Pujian Allah dan Rasulullah saaw kepada Syiah dalam Riwayat Ahlu Sunnah
Sabath bin al-Jawzi, meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Rasulullah Muhammad Saaw memandang Ali bin Abi Thalib, lalu beliau bersabda :
” Orang ini dan para pengikutnya (syiah) adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat”
(Tadzkirah Khawwash al Ummah halaman 56)
DIMANAKAH ALLAH Seri kecerdasan Imam Ahlul Bait sa#003
Disebutkan dalam beberapa riwayat bahwa sekelompok pendeta Yahudi datang kepada Khalifah Abu Bakar dan bertanya,
Lanjutkan membaca “DIMANAKAH ALLAH Seri kecerdasan Imam Ahlul Bait sa#003”
PERTANYAAN TENTANG ALLAH SWT Seri kecerdasan Imam Ahlul Bait sa#002
Dzi’lab (seorang yang fasih lidahnya, orator dan pemberani) berkata kepada kaum muslimin bahwa dirinya berniat untuk mempermalukan Amirul Mukminin Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw.
Lanjutkan membaca “PERTANYAAN TENTANG ALLAH SWT Seri kecerdasan Imam Ahlul Bait sa#002”
DIALOG TENTANG KETUHANAN Seri kecerdasan Imam Ahlul Bait sa #001
Dari Salman al Farisi, dikatakan bahwa ketika Rasulullah Muhammad saaw wafat dan tampuk kepemimpinan berada pada tangan Khalifah Abu Bakr, datang sekelompok kaum Nasrani ke Madinah dengan dipimpin oleh seorang tokoh mereka yang pandai tentang teologi dan hafal Kitab Taurat (perjanjian lama) dan Injil (perjanjian baru).
Lanjutkan membaca “DIALOG TENTANG KETUHANAN Seri kecerdasan Imam Ahlul Bait sa #001”
MENGOYAK EPISTEMOLOGI KAUM KIRI
Koreksi terhadap Konsepsi/Tashawwur Teori Empirikal Pegangan Kaum Marxis-Komunis
Oleh : Ayatullah Udzma Baqir Shadr
Bismillahirrahmanirrahim
Alahumma sholi ‘ala Muhammad wa ‘ali Muhammad wa ajil farajahum
Teori empirikal mengatakan bahwa penginderaan adalah satu-satunya yang membekali akal manusia dengan konsepsi-konsepsi dan gagasan-gagasan, dan (bahwa potensi mental akal budi) adalah potensi yang tercerminkan dalam berbagai persepsi inderawi. Jadi, ketika kita mengiderai sesuatu, kita dapat memiliki suatu konsepsi (pengetahuan sederhana/Tashawwur) tentangnya —– yakni menangkap form dari sesuatu itu dalam akal budi kita. Adapun gagasan-gagasan yang tidak terjangkau oleh indera, tidak dapat diciptakan oleh jiwa, tak pula dapat dibangunnya secara esensial dan dalam bentuk yang berdiri sendiri.
Akal-Budi, berdasarkan teori ini, hanyalah mengelola konsepsi-konsepsi gagasan-gagasan inderawi. Hal itu dilakukannya dengan menyusun konsepsi-konsepsi tersebut atau membagi-baginya. Dengan begitu, ia mengkonsepsikan “sebungkul gunung emas”, atau membagi-bagi “pohon” kepada potongan-potongan dan bagian-bagian, atau dengan abstraksi dan universalisasi, misalnya dengan memisahkan sifat-sifat dan bentuk-bentuk itu, dan mengabstraksikan bentuk itu dari sifat-sifatnya yang tertentu agar darinya akal dapat membentuk suatu gagasan universal.
BERDOALAH DENGAN RENDAH HATI
Oleh. KH Prof. Dr. jalaludin Rahmat
Bismillahirrahmanirahim
Allahumma Sholi ‘ala Muhammad wa ‘ali Muhammad wa ajil farajahum
Sa’ad bin Ibn Waqqas adalah sahabat Nabi saaw. Ia berusia panjang sepeninggal Nabi saaw. pada hari-hari terakhir hidupnya, ia buta dan tinggal di Makkah. Ia sering di datangi orang yang meminta berkah. Tidak semua orang ia berkati. Tapi orang yang diberkati selalu berhasil memperoleh hajatnya atau menyelesaikan urusannya. Abdullah Ibn Sa’ad meriwayatkan kepada kita : ” Aku mengunjungi dia. ia selalu baik padaku dan selalu mendoakan aku. Karena aku anak yang selalu ingin tahu, aku bertanya kepadanya: ‘Doa Tuan untuk orang lain tampaknya selalu di ijabah. Mnegapa Tuan tidak berdoa agar disembuhakn dari kebutaan Tuan ?’ Orang tua itu menjawab, ‘Pasrah kepada kehendak Alla jauh lebih baik dari kenikmatan karena bisa melihat”
DOA DAN PENDERITAAN
Oleh. KH. Dr. Jalaludin Rahmat, M.Sc
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholi ‘ala Muhammad wa ‘ali Muhammad wa ajil farajahum
Alkisah, ada seorang sufi berkunjung kepada temannya yang sufi. Temannya itu kebetulan sakit dan ia mengeluh tentang sakit yang dideritanya. Sufi yang datang menengok itu berkata, “Bukan seorang pecinta sejati bila ia mengeluhkan penyakit yang diberikan kekasihnya”. Lalu sufi yang sakit itu menjawab, “Bukan seorang pecinta sejati bila ia tidak menikmati pemberian kekasih sejati“.
Dari cerita diatas kita dapat menarik pelajaran berharga bahwa hendaknya kita harus mengubah persepsi tentang sakit yang pernah kita alami. Persepsi kita selama ini adalah menganggap sakit itu sebagai suatu penderitaan yang diberikan Allah kepada kita. Dari anggapan ini kita berkesimpulan bahwa Allah tidak mencintai kita lagi. Sikap yang bijak adalah menikmati keindahan sakit seperti yang dialami sufi tadi.