POTRER KEHIDUPAN SUNNI DI IRAN

anak-anak sunni shalat di kebun

Sambil mendengar suara Ghana bu Hamdan yang melantunkan lagu U’tuna Tufulah dengan syahdu, saya membaca artikel dari detik dot com tentang nasib Sunni Di Negeri Syiah Iran. Saya menangis terharu mendengar Ghana menyanyikan lagu itu sambil tertawa ngakak baca artikel detik itu. Yah. Dunia memang panggung sandiwara.

Sepertinya penulis kurang piknik dan kurang ngopi. Padahal kalau dia mau goggling saja, dia kan menemukan banyak sekali data tentang imam jumat Sunni, dan khususnya di sanandaj. Coba ketikan امام جمعه اهل سنت سنندج maka akan muncul link tentang imam-imam jumat ahli Sunnah di Sanandaj. Silahkan anda berselancar dan cari informasi sampai ngos ngosan.

 

Lanjutkan membaca “POTRER KEHIDUPAN SUNNI DI IRAN”

Menjawab Fitnah Alwi Alatas Di Situs Hidayatullah.

dina2Oleh: Dina Y. Sulaeman*

Tulisan ini adalah tanggapan atas tulisan “Ada Banyak Al Nimr di Iran” yang ditulis Alwi Alatas (AA). Di judul AA menyebut “banyak”, tetapi di dalam artikel, dia menyebut “ribuan”. Saya akan memulai tulisan ini dengan mengutip pidato Ayatullah Khamenei yang dikritisi AA di akhir tulisannya, karena inilah poin terpenting dalam tulisan AA maupun tulisan ini.

The Almighty God shall not ignore the innocents’ blood and the unjustly spilled blood will backfire on the politicians and the executives of this regime very quickly. The Muslim world and the entire world must feel responsible towards this issue,” kata Ayatullah Khamenei, dikutip AA dari situs berbahasa Inggris.

AA berkomentar, ““Tuan Khamena’i, apakah Anda tidak merasa bertanggung jawab atas tumpahnya ribuan ‘darah tak berdosa’ di Iran, di bawah pemerintahan Anda sendiri? Darah-darah itu pada satu hari nanti akan memercik juga ke wajah Anda, di dunia ini, di dalam lembaran-lembaran Sejarah.”

AA tidak mengutip lanjutan perkataan Khamenei, “این عالمِ مظلوم نه مردم را به حرکت مسلحانه تشویق می‌کرد و نه به صورت پنهانی اقدام به توطئه کرده بود، بلکه تنها کار او، انتقاد علنی و امر به معروف و نهی از منکرِ برخاسته از تعصب و غیرت دینی بود.” (Ulama mazlum ini [Syekh Nimr] tidak memprovokasi rakyat untuk melakukan gerakan bersenjata, dan tidak pula secara sembunyi-sembunyi melakukan konspirasi; satu-satunya yang dilakukannya adalah mengkritik secara terang-terangan, serta amar ma’ruf nahi munkar yang didasari kecintaan pada agama).[1]

Di sinilah POIN PENTING-nya: Iran tidak mengkritik model hukuman mati, tetapi ALASAN Syekh Nimr dihukum mati. Iran menerapkan hukuman mati, seperti juga di Arab Saudi, Indonesia, atau AS (ada 58 negara di dunia yang menerapkan hukuman mati).

Kemudian, AA mengambil rujukan utamanya dari Iran Human Rights. Dalam situsnya, IHR menyatakan Iran Human Rights condemns the death penalty for any crime (IHR mengutuk hukuman mati untuk SEMUA KEJAHATAN). [2] Artinya, dalam pandangan IHR, kejahatan terorisme, upaya kudeta, pembunuhan, bandar narkoba, atau apapun, tidak boleh dihukum mati. Dan karena AA mengakui IHR sebagai sumber valid, seharusnya dia tak perlu menulis “Terlepas dari tepat tidaknya eksekusi yang dilakukan pemerintah Saudi,…”. AA seharusnya tak perlu malu-malu mengakui bahwa dia sepakat dengan IHR: Arab Saudi salah karena menghukum mati Syekh Nimr.

 

Lanjutkan membaca “Menjawab Fitnah Alwi Alatas Di Situs Hidayatullah.”

Kritik untuk Fimadani.com

LiputanIslam.com — Fimadani.com, dalam laporannya menyebutkan bahwa Han Monis, pria yang melakukan penyanderaan terhadap Lindt Chocolate Cafe di Australia pada Senin, 15 Desember 2014 adalah seorang ulama Syiah asal Iran.

“Teroris Sydney adalah Ulama Syiah Asal Iran,” demikian judul artikel yang dirilis fimadani.com.

Namun isi artikel tersebut ternyata tidak relevan dengan judul, karena fimadani menyebutkan, bahwa Moris hanya tampil (berpakaian) layaknya ulama Syiah di media.

“Dalam berbagai situs, Man Haron Monis, tampil sebagai seorang ulama Syiah yang mengenakan turbah berwarna putih yang mengindikasikan bahwa ia adalah seorang ulama bukan dari kalangan Ahlul Bait,” sebut fimadani.com.

Perhatikan dua foto berikut:

Moris tampil layaknya ulama Syiah

Monis tampil layaknya ulama Syiah

Monis tampil layaknya ulama Sunni

Monis tampil layaknya ulama Sunni

Lanjutkan membaca “Kritik untuk Fimadani.com”

Tanggapan KH Alawi untuk KH Kholil Nafis

sunni-shiaLiputanIslam.com — Pernyataan KH Kholil Nafis yang menyebut sejumlah aliran radikal akan menghabisi NU pada 2030 ditanggapi tegas oleh ulama muda NU, KH Alawi Nurul Alam Al-Bantani. Menurutnya, acara itu tidak mengatasnamakan NU secara umum, sehingga tidak bisa dijadikan rujukan.

[Catatan redaktur: judul dan paragraf pertama artikel ini telah diedit pada 23/12, sesuai konfirmasi ulang LI dengan KH Alawi, selengkapnya baca rubrik wawancara]

Seperti dilaporkan situs muslimmedianews.com yang mengaku mengutip dari antarajatim.com, dalam seminar bertajuk Menyikapi Konflik Sunni-Syiah dalam Bingkai NKRI” diadakan Aswaja Center PWNU Jatim di Surabaya, Kamis (18/12), Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Dr KH Kholil Nafis Lc MA mengingatkan bahwa aliran Wahabi, Syiah, dan aliran radikal lainnya bisa menghancurkan NU sebagai aliran moderat pada 2030.

“Mereka punya uang dan menargetkan NU akan habis pada 2030, karena kelompok Syiah saat ini sudah memiliki 61 organisasi di Jawa dan 23 organisasi di luar Jawa,” kata Kholil.
Menurut Kyai Alawi, yang merupakan anggota Tim Aswaja Center Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini, memang ada pihak-pihak di dalam tubuh NU, yang menjalin koalisi dengan Salafi Wahabi, dengan mengatasnamakan NU. Sementara di lain pihak, NU sendiri sangat konsisten untuk menahan laju ideologi Salafi Wahabi yang kian marak di tanah air.

Dalam berbagai kesempatan, Kyai Alawi menyampaikan bahwa kerukunan Sunni dan Syiah akan menguatkan Islam dan sebaliknya, perpecahan di antara kedua madzhab Islam ini akan semakin melemahkan Islam. Menurutnya, perpecahan itu memang sengaja didesain agar umat Islam selalu ribut di antara sesamanya dan melupakan urusan yang lebih penting, yaitu memegang pos-pos penting di pemerintahan. (baca: Nahdliyin Jangan Mau Diperalat Takfiri)

Lanjutkan membaca “Tanggapan KH Alawi untuk KH Kholil Nafis”

Jurnalis Mesir, Menjawab Fitnah Media Intoleran atas Iran

sunni shia unitedLiputanIslam.com — Seperti yang telah dijabarkan di sini, dalam terminologi agama, fitnah itu memiliki dua pengertian. Pertama, berarti tuduhan-besar tanpa fakta. Kedua, berarti situasi kacau yang menekan. Fitnah dalam pengertian yang pertama dipastikan akan menimbulkan fitnah dalam pengertian kedua. Tuduhan palsu pastilah menekan di tertuduh. Karena itu, seorang manusia yang normal tentu tak suka difitnah. Tak ada yang suka dituduh sebagai pembunuh atau mencuri, ketika ia memang bukan pelakunya.

Fitnah jelas bertentangan dengan kebaikan, sekaligus bertabrakan dengan sejumlah pilar etika dalam Islam. Bahkan, dalam sejumlah literatur Islam, dikatakan bahwa keburukan fitnah lebih dahsyat (asyadd) daripada pembunuhan. Fitnah memang bisa membunuh karakter, menghancurkan reputasi yang sudah dibangun bertahun-tahun, mengancam kehidupan ekonomi (fitnah bisa membuat seseorang kehilangan pekerjaan), menyuburkan dendam kesumat, serta mengancam keselamatan jiwa. Yang terancam bukan hanya jiwa orang yang difitnah, melainkan juga keluarga dan kelompok. Itulah mungkin makna dari pernyataan Allah bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan.

Fitnah memang menakutkan. Sejarah mencatat bagaimana fitnah telah mencabik-cabik persatuan dan melemahkan ummat Islam. Bagaimana pula ribuan nyawa manusia melayang gara-gara fitnah. Lihatlah berbagai macam perang saudara yang terjadi di abad pertama sejarah Islam. Semuanya meletup menyusul adanya tuduhan yang dilontarkan.

Sebagian dari fitnah itu tetap menjadi misteri. Tapi sebagiannya lagi kemudian terungkap. Tapi, seandainyapun terungkap, prosesnya berlangsung sangat lama,sehingga banyak di antaranya terasa sia-sia karena sang tertuduh keburu meninggal, sebelum namanya sempat direhabilitasi. Benar-benar membuat miris!

Dan ingatlah, ketika nahimunkar.com menulis,

Bicara soal Sunni di Iran, jelas penuh tragedi sejak Khomeini menang di Iran 1979. Para ulama Sunni disembelihi atau dibunuh, masjid-masjid Sunni dihancurkan, madrasah-madrasah Sunni ditutup. Bahkan di Teheran, ibukota Iran, tidak ada masjid Sunni sampai sekarang. Kalau Muslimin Ahlus Sunnah (Sunni) berjum’atan di hari Jumat, maka khabarnya mereka ke kedutaan-kedutaan Negara-negara Islam di Teheran. Sedangkan sinagog Yahudi dan gereja Nasrani menurut berita-berita, di Teheran itu banyak. Ini apa artinya, permusuhan Syiah terhadap Islam jelas nyata, melebihi negeri-negeri yang sering orang sebut sebagai kafir sekalipun. Misalnya London ibukota Inggris. Bahkan ada surat kabar Barat sendiri menyebut “ada Mekkah” di London, karena setiap Jum’at, kaum Muslimin yang berjum’atan tidak tertampung, hingga mereka shalat di jalan-jalan yang membelah pergedungan tinggi di kawasan perkotaan.

Juga ketika arrahmah.com menulis,

Ketika ummat Islam di Suriah dibantai rezim Syiah, dan ketika ummat Islam di Iran dibantai dan mengalami perlakuan diskriminatif oleh para penguasa Syiah, saat itu pula di Indonesia misionaris Syiah leluasa menjajakan paham sesatnya di radio, surat kabar, televisi, hingga ke perguruan tinggi Islam seperti UIN dan IAIN.

Kalangan Syiah itu tidak perlu menunggu jadi mayoritas lebih dulu untuk menjadi penguasa di suatu kawasan, karena dalam posisi sebagai minoritas pun mereka bisa merebut kekuasaan dari tangan kaum Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah). Salah satu sebabnya, mereka ditopang kekuatan negara-negara kafir yang memusuhi Islam.

Ketika kompasislam.com menulis,

Menurut Habib Zein, propaganda Syiah di Indonesia sangat kontradiktif, mereka mengajak persatuan antara Syiah dan Ahlus Sunnah padahal di negara asalnya yaitu Iran, Syiah membantai Ahlussunnah yang tertindas.

“Tokoh-tokoh Ahlussunnah dibantai oleh rezim Khomeini, banyak ulama Ahlussunnah yang mendekam di penjara-penjara di Iran sampai hari ini, masjid-masjid Ahlussunnah dihancurkan, bahkan dibeberapa kota dilarang membangun masjid,” terangnya.

“Kalau kita ke Teheran tidak akan mendapatkan masjid Ahlussunnah tapi kita akan dengan mudah mendapatkan tempat-tempat peribadatan orang Yahudi dan Nasara. Padahal jumlah Ahlussunnah di Iran sekira 20 juta atau sepertiga dari penduduk Iran.” tambahnya.

”Mereka membantai dan mendzolimi saudara kita di Iran dan Iraq, tapi anehnya mereka di Indonesia mengajak ukhuwah Islamiyah. ” tegasnya.

Lanjutkan membaca “Jurnalis Mesir, Menjawab Fitnah Media Intoleran atas Iran”

Mengungkap Penyesatan Felix Siauw: Perbaikan atau Penghancuran?

mekkah 5LiputanIslam.com – Ustadz Felix Siauw, tokoh dari kelompok transnasional Hizbut Tahrir Indonesia melalui media sosial menyatakan dukungannya terhadap ‘perbaikan’ yang dilakukan rezim Arab Saudi terhadap kota suci Mekkah.

“Perbaikan itu memang tak nyaman, karena engkau mengubah dirimu, dan apa yang biasa tampak padamu. Perbaikan itu selalu tak enak, itu yang terlihat apalagi yang tak terlihat, prosesnya lebih rumit dan detail. Perbaikan itu seringkali mengundang protes, kritik, komplain, ejekan dan komentar pedas dan menyakitkan, namun ingatlah karena siapa engkau memperbaiki diri,” tulisnya.

Berbenah itu tak mudah, namun niscaya agar beroleh berkah, juga terhindar dari musibah, dalam perbaikan ada beberapa yang tertinggal, banyak lagi yang diubah, tapi lebih banyak lagi yang ditambahproses itu kadang tak enak, namun setelah selesai perbaikan, kita akan lebih bermanfaat dan menemukan banyak hal lagi yang perlu kita perbaiki. Maka lakukanlah semua karena Allah, maka bersabarlah dengan kesabaran yang indah,” tambahnya lagi.

Dalam statusnya tersebut, Ustadz Felix Siauw mengunggah foto perluasan, dan pembangunan gedung mewah di sekitar Ka’bah dan menyebutkan kata ‘perbaikan’ berulang-ulang, lalu kata ‘berbenah’ dan ‘bermanfaat’, yang sepertinya hendak menekankan, bahwa yang terjadi di Mekkah adalah sebuah proses, sebuah perbaikan, sebuah fase yang menuju kepada sesuatu yang bermanfaat/ mashalat…

Namun sayang, Ustadz Felix Siauw tidak mengungkapkan kehancuran lain dibalik ‘perbaikan’ tersebut. Laporan republika.co.id, 17 Maret 2013 menunjukkan, beberapa situs paling suci bagi umat Islam, di Mekkah, terancam punah. Setelah Rezim Saudi setuju dengan pembangunan Masjidil Haram menjadi kawasan megapolitan, maka beberapa peninggalan sejarah Rasul Muhammad Saw dinyatakan hilang.

 

Lanjutkan membaca “Mengungkap Penyesatan Felix Siauw: Perbaikan atau Penghancuran?”

Membongkar Kebohongan Panjimas.com

Foto: berita harian Suriah, klik untuk memperbesar

Foto: berita harian Suriah, klik untuk memperbesar

Situs Panjimas.com merilis artikel yang berjudul “AS Akan Kirim 400 Tentara Untuk Melatih Milisi Syiah di Suriah Guna Melawan IS.”

“Pemerintah Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat ini akan mengirimkan 400 tentara untuk membantu para pemberontak dan milisi Syi’ah di Suriah dalam rangka melawan dan memerangi Daulah Islamiyyah/Islamic State (IS),” tulis Panjimas.

Dari keterangan lebih lanjut, disebutkan bahwa Panjimas.com mengutip berita dari Reuters.

Lanjutkan membaca “Membongkar Kebohongan Panjimas.com”

Islam Institute, dan Cover Both Side of Story yang Diabaikan

Artikel yang dirilis Islam Institute, klik untuk memperbesar

Artikel yang dirilis Islam Institute, klik untuk memperbesar

Jika dalam sebuah ayat  Allah memerintahkan agar ummat manusia menyelidiki kebenaran sebuah berita, maka dalam etika jurnalistik, kita mengenal konsep keseimbangan yang lazim disebut cover both side of story. Maka seharusnya, menjadi kewajiban bagi jurnalis di Indonesia untuk selalu mengingat hal ini. Pelanggaran terhadap aspek ini bukan hanya bisa merugikan pihak-pihak yang terkait langsung dalam pemberitaan, namun juga masyarakat atau publik yang tidak mendapatkan informasi secara utuh, sehingga bisa timbul salah persepsi terhadap isi berita.

Islam Institute, dalam tautan ini, mempublikasikan artikel yang berjudul ‘NU Harus Melindungi Kaum Aswaja (Ahlussunah wal Jamaah) Dari Pengaruh Paham Syiah dan Wahabi’. Artikel tersebut dituliskan oleh HM . Misbahus Salam, Pengasuh Yayasan Raudlah Darus Salam, Sukorejo Bangsalsari Jember.

HM Misbahus Salam, yang mengutip pernyataan yang disampaikan oleh Kyai Mustofa Ali Yakub, bahwa paham Syiah lebih berbahaya dari komunis. Kyai Mustofa menyebutkan, “Di Iran, masjid – masjid kaum Ahlussunnah wal Jama’ah sudah tidak ada dan tokoh-tokoh Sunni dibantai semua, tapi kalau di Rusia Masjid-Masjid Sunni masih ada.”

Lanjutkan membaca “Islam Institute, dan Cover Both Side of Story yang Diabaikan”

Kemenangan CIA: Saat Sunni dan Syiah Saling Bunuh

Muslim Sunni dan Syah shalat bersama di teheran

Muslim Sunni dan Syah shalat bersama di teheran

LiputanIslam.comMichael Scheuer, mantan senior CIA dalam wawancaranya dengan Channel 4 News menyatakan, “Sungguh ideal ketika progres IS (kelompok terori takfiri ISIS) semakin maju di Baghdad, yang (disebabkan) karena Sunni membunuhi Syiah, dan itulah yang sesungguhnya kami butuhkan. Harapan terbesar kami saat ini adalah agar Sunni dan Syiah saling membunuh dan biarkan mereka saling menumpahkan darah satu sama lain.”

Siapa yang diuntungkan dengan adanya perpecahan dalam tubuh Islam?

Imam Khomeini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, melalui sikap-sikap politik dan sosialnya, selalu menekankan bahwa persatuan Islam merupakan solusi dalam melakukan perlawanan terhadap musuh. Namun sayangnya, hal ini telah diketahui dengan baik oleh musuh-musuh Islam, sehingga selama ratusan tahun pula, mereka memakai segala macam cara agar kaum Muslimin tetap terpecah belah.

 

Lanjutkan membaca “Kemenangan CIA: Saat Sunni dan Syiah Saling Bunuh”

Israel, Hizbullah, dan Bungkamnya Media Takfiri Tanah Air

Hidayatullah- AnalisisLiputanIslam.com –Dalam serangan Israel yang merengut nyawa enam orang pejuang Hizbullah beberapa waktu yang lalu, hampir seluruh media-media takfiri tanah air memilih bungkam. Dan kali ini pun, serangan balasan Hizbullah atas Israel Defence Force (IDF) di Shebaa Farms juga tidak diangkat oleh media-media tersebut. Mengapa? (Baca: Israel, Hizbullah dan Bungkamnya Media Takfiri Tanah Air)

Hidayatullah, pada tahun 2013 memuat sebuah analisis terkait hubungan antara Iran-Suriah-Hizbullah dan Israel, yang berjudul ‘Pembalasan yang tak Kunjung Tiba’. Saat itu, Israel menyerang salah satu pusat studi dan riset di Damaskus, Suriah, yang menelan banyak korban jiwa. Bangunan pun hancur. Tapi mengapa, Suriah tidak kunjung membalas?

 

Lanjutkan membaca “Israel, Hizbullah, dan Bungkamnya Media Takfiri Tanah Air”

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑