LiputanIslam.com — Seperti yang telah dijabarkan di sini, dalam terminologi agama, fitnah itu memiliki dua pengertian. Pertama, berarti tuduhan-besar tanpa fakta. Kedua, berarti situasi kacau yang menekan. Fitnah dalam pengertian yang pertama dipastikan akan menimbulkan fitnah dalam pengertian kedua. Tuduhan palsu pastilah menekan di tertuduh. Karena itu, seorang manusia yang normal tentu tak suka difitnah. Tak ada yang suka dituduh sebagai pembunuh atau mencuri, ketika ia memang bukan pelakunya.
Fitnah jelas bertentangan dengan kebaikan, sekaligus bertabrakan dengan sejumlah pilar etika dalam Islam. Bahkan, dalam sejumlah literatur Islam, dikatakan bahwa keburukan fitnah lebih dahsyat (asyadd) daripada pembunuhan. Fitnah memang bisa membunuh karakter, menghancurkan reputasi yang sudah dibangun bertahun-tahun, mengancam kehidupan ekonomi (fitnah bisa membuat seseorang kehilangan pekerjaan), menyuburkan dendam kesumat, serta mengancam keselamatan jiwa. Yang terancam bukan hanya jiwa orang yang difitnah, melainkan juga keluarga dan kelompok. Itulah mungkin makna dari pernyataan Allah bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan.
Fitnah memang menakutkan. Sejarah mencatat bagaimana fitnah telah mencabik-cabik persatuan dan melemahkan ummat Islam. Bagaimana pula ribuan nyawa manusia melayang gara-gara fitnah. Lihatlah berbagai macam perang saudara yang terjadi di abad pertama sejarah Islam. Semuanya meletup menyusul adanya tuduhan yang dilontarkan.
Sebagian dari fitnah itu tetap menjadi misteri. Tapi sebagiannya lagi kemudian terungkap. Tapi, seandainyapun terungkap, prosesnya berlangsung sangat lama,sehingga banyak di antaranya terasa sia-sia karena sang tertuduh keburu meninggal, sebelum namanya sempat direhabilitasi. Benar-benar membuat miris!
Dan ingatlah, ketika nahimunkar.com menulis,
Bicara soal Sunni di Iran, jelas penuh tragedi sejak Khomeini menang di Iran 1979. Para ulama Sunni disembelihi atau dibunuh, masjid-masjid Sunni dihancurkan, madrasah-madrasah Sunni ditutup. Bahkan di Teheran, ibukota Iran, tidak ada masjid Sunni sampai sekarang. Kalau Muslimin Ahlus Sunnah (Sunni) berjum’atan di hari Jumat, maka khabarnya mereka ke kedutaan-kedutaan Negara-negara Islam di Teheran. Sedangkan sinagog Yahudi dan gereja Nasrani menurut berita-berita, di Teheran itu banyak. Ini apa artinya, permusuhan Syiah terhadap Islam jelas nyata, melebihi negeri-negeri yang sering orang sebut sebagai kafir sekalipun. Misalnya London ibukota Inggris. Bahkan ada surat kabar Barat sendiri menyebut “ada Mekkah” di London, karena setiap Jum’at, kaum Muslimin yang berjum’atan tidak tertampung, hingga mereka shalat di jalan-jalan yang membelah pergedungan tinggi di kawasan perkotaan.
Juga ketika arrahmah.com menulis,
Ketika ummat Islam di Suriah dibantai rezim Syiah, dan ketika ummat Islam di Iran dibantai dan mengalami perlakuan diskriminatif oleh para penguasa Syiah, saat itu pula di Indonesia misionaris Syiah leluasa menjajakan paham sesatnya di radio, surat kabar, televisi, hingga ke perguruan tinggi Islam seperti UIN dan IAIN.
Kalangan Syiah itu tidak perlu menunggu jadi mayoritas lebih dulu untuk menjadi penguasa di suatu kawasan, karena dalam posisi sebagai minoritas pun mereka bisa merebut kekuasaan dari tangan kaum Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah). Salah satu sebabnya, mereka ditopang kekuatan negara-negara kafir yang memusuhi Islam.
Ketika kompasislam.com menulis,
Menurut Habib Zein, propaganda Syiah di Indonesia sangat kontradiktif, mereka mengajak persatuan antara Syiah dan Ahlus Sunnah padahal di negara asalnya yaitu Iran, Syiah membantai Ahlussunnah yang tertindas.
“Tokoh-tokoh Ahlussunnah dibantai oleh rezim Khomeini, banyak ulama Ahlussunnah yang mendekam di penjara-penjara di Iran sampai hari ini, masjid-masjid Ahlussunnah dihancurkan, bahkan dibeberapa kota dilarang membangun masjid,” terangnya.
“Kalau kita ke Teheran tidak akan mendapatkan masjid Ahlussunnah tapi kita akan dengan mudah mendapatkan tempat-tempat peribadatan orang Yahudi dan Nasara. Padahal jumlah Ahlussunnah di Iran sekira 20 juta atau sepertiga dari penduduk Iran.” tambahnya.
”Mereka membantai dan mendzolimi saudara kita di Iran dan Iraq, tapi anehnya mereka di Indonesia mengajak ukhuwah Islamiyah. ” tegasnya.